Sabtu, 07 April 2012

Akhirnya... perangkap tomcat ditemukan!


Padang (ANTARA News) - Peneliti dari Kantor Ketahanan Pangan Kota Padang, Sumatera Barat, Rasmi R, menemukan perangkap sekaligus pengendali penyebaran hama tomcat. Akhirnya... pengendali tomcat ditemukan; alat itu dia namakan Radius Snare System (RASS) atau perangkap sistem jari-jari.

"Perangkap serangga tomcat alias Paederus littoralis atau kumbang rove itu mudah dibuat. Pertama siapkan satu piring porselen berwarna putih, lalu letakkan pada halaman rumah yang berumput," kata Rasmi di Padang, Rabu.

Ia mengatakan, piring porselen diisi dengan air sampai hampir penuh, sisakan sekitar dua sentimeter dari bibir piring. Lalu tambahkan dua sendok minyak goreng. Atur posisi piring agar rata, kemudian ambil lidi sekitar 20 batang.

Lalu letakkan di atas piring berisi air tadi dengan menancapkan ujung dan pangkal lidi ke tanah.

Fungsi lidi, katanya sebagai jembatan bagi tomcat untuk naik ke piring. Kemudian, tancapkan lidi sampai habis dengan persilangan tepat di tengah piring, sehingga membentuk jari-jari sepeda.

"Letakkan lampu tepat di atas piring dengan jarak sekitar 20 cm, lampu diberi cup kerucut dari karton atau sejenisnya, usahakan agak ceper," katanya.

Kalau malam tiba hidupkan lampu tersebut, matikan lampu dalam rumah, serangga ini akan tertarik dengan cahaya lampu yang dipasang.

Tomcat akan merangkat naik lewat lidi yang dipasang, sampai di persilangan tengah serangga itu akan bingung mau ke mana dan akan bertabrakan dengan temannya, lalu jatuh ke air bercampur minyak sehingga mati lemas.

Untuk lebih efektif dapat membuat beberapa unit perangkap sesuai keperluan dan seberapa hebatnya serangan yang terjadi akan dapat diatasi.

Rasmi menjelaskan, serangga tomcat tiba-tiba menggangu manusia, lebih akibat habitatnya terganggu atau terjadi karena ketidakseimbangan ekosistem.

Serangga ini sudah ada sejak lama, namun karena lingkungannya tidak seimbang maka muncul masalah.

Dalam pertanian serangga ini termasuk predator bagi hama padi, seperti wereng, hama putih, walang sangit dana lainnya, namun karena kekurangan makananan akan berkeliaran ke permukiman penduduk dan juga cahaya lampu akan menariknya untuk masuk rumah.

"Kalau jenis serangga itu merasa terusik tomcat akan mengeluarkan racunnya yang menyebabkan kulit melepuh dan gatal serta panas," katanya. (F011/I006)

Bangka Barat bangun hutan kota 10 hektar

Muntok, Bangka Barat (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung, pada 2012 akan membangun hutan kota seluas 10 hektar di ibu kota Kabupaten tersebut.

"Lokasi sudah kami tetapkan tinggal menunggu pencanangan dari Kementerian Kehutanan," ujar Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bangka Barat Kemas Arfani Rahman di Muntok, Rabu.

Ia menjelaskan, rencananya dalam hutan kota tersebut akan dibangun untuk menunjang berbagai bidang seperti pariwisata, konservasi hutan, pengembangbiakan hewan dan tumbuhan, pusat ilmu pengetahuan, perpustakaan, sarana "out bond" dan kegiatan lain yang bermanfaat untuk masyarakat.

"Selain itu, hutan kota tersebut juga diharapkan dapat berfungsi seperti hutan pada umumnya yaitu sebagai daerah resapan air hujan dan melindungi habitat hewan dan tumbuhan asli daerah tersebut," katanya lagi.

Kawasan hutan tersebut rencananya juga akan dibuatkan pagar pembatas agar lebih aman dari gangguan aktivitas pembalakan dan perusakan habitat asli di hutan tersebut.

"Kami juga berharap ke depan hutan kota tersebut mampu diandalkan menjadi paru-paru Muntok dan menjadi salah satu ikon Muntok selain Wisma Menumbing," ujarnya.

Menurut dia, hutan kota tersebut memiliki manfaat untuk menjaga kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya.

Selain itu, hutan kota juga berfungsi mengurangi peningkatan suhu udara, mengurangi pencemaran udara, mencegah terjadinya penurunan air tanah, mencegah terjadinya banjir dan lainnya.

"Kami mengharapkan adanya hutan kota tersebut dapat memperbaiki dan menjaga iklim serta memiliki nilai estetika selain menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota serta mendukung pelestarian keanekaragaman hayati yang ada di dalam hutan tersebut," ujarnya.

Melalui hutan kota tersebut diharapkan mampu menggambarkan identitas daerah Bangka Barat melalui koleksi jenis tanaman dan hewan yang ada dan sebagai kawasan pelestarian dan konservasi karena di dalamnya dapat dijadikan sebagai tempat penangkaran hewan dan tumbuhan dalam upaya mendukung riset.

"Dengan adanya hutan kota tersebut diharapkan dapat membantu mengurangi stres melalui kesejukan dan keindahan alam yang diciptakan selain fungsinya sebagai penahan air tanah, pengurang polusi udara, penelitian tanaman, kawasan perkemahan dan pariwisata," demikian Kemas.

WWF analisis populasi Gajah Kalimantan


Samarinda (ANTARA News) - Lembaga internasional WWF (World Wildlife Fund) tengah menganalisis populasi Gajah Kalimantan (elephas maximus borneensis) yang ada di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur.

"Sampai saat ini kami masih memegang data berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada 2007 lalu dengan jumlah populasi berkisar 30 hingga 80 ekor," kata Koordinator WWF Kaltim Wiwin Efendy dihubungi dari Samarinda, Sabtu.

Belum ada data terbaru terkait populasi Gajah Kalimantan yang memiliki ciri-ciri fisik lebih bulat dengan tinggi rata-rata 2,5 meter, daun telinga lebih lebar sementara hidung lebih panjang dibanding gajah pada umumnya.

"Pada Februari 2012 kami telah melakukan survei populasi dan habitat Gajah Kalimantan untuk pemutakhiran data namun hasilnya belum bisa kami sampaikan sebab masih dianalisasi. Survei dilakukan dengan melihat jejak, sisa makanan dan kotorannya namun proses analisanya harus dilakukan secara cermat dan memakan waktu yang cukup lama sebab kami tidak ingin gegabah dalam menghitung populasi gajah tersebut," kata Wiwin Efendy.

Gajah Kalimantan, lanjut Wiwin Efendy, terakhir terlihat pada Februari 2012.

"Terakhir terlihat masuk ke kawasan pemukiman pendudukan pada Februari 2012. Namun, yang kerap terlihat masuk ke kawasan pemukiman penduduk itu jenis gajah `soliter` atau penyendiri sementara Gajah Kalimantan yang hidup berkelompok lebih banyak berada di kawasan perbatasan," katanya.

"Berdasarkan pengamatan, gajah `soliter` ini masuk ke kampung di wilayah Kecamatan Sembakung pada wilayah 11 kampung biasanya berlangsung lima hingga tujuh bulan. Setelah itu, gajah tersebut kembali ke hutan," ungkap Wiwin Efendy lagi.

Habitat utama Gajah Kalimantan berada di daerah aliran Sungai Agison dan Sungai Sebuda di bagian barat dan Sungai Apan dan Tampilon di sebelah timur.

Daerah jelajah Gajah Kalimantan yang berada di bagian selatan Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan itu berawal dari Hulu Sungai Sibuda kemudian masuk ke Sungai Agison lalu menyeberang melewati jalan provinsi masuk ke hutan kembali dan masuk ke kawasan bekas camp Dewa Ruci yang banyak sumber makanan didominasi vegetasi pisang-pisangan.

Gajah Kalimantan itu lalu masuk ke Desa Tembalang dan diteruskan ke Desa Kalunsayan kemudian ke Desa Sekikilan.

"Masuknya gajah ke kawasan pemukiman akibat terjadinya fragmentasi menjadi kawasan perkebunan kelapa sawit dan HPH (Hak Pengusahaan Hutan) dan HTI (Hutan Tanam Industri). Terakhir saya mendengar akan masuk tambang batu bara sehingga rumah (hutan) yang menjadi sumber makanan gajah itu hilang," ungkap Wiwin Efendy.

Sapi hasil persilangan dengan banteng lahir


Pasuruan (ANTARA News) - Seekor anak sapi jantan hasil persilangan antara induk betina sapi Bali dengan pejantan banteng Jawa, lahir dengan bobot 21 kilogram di Taman Safari Indonesia (TSI) II Prigen, Jawa Timur.

Anakan sapi silangan ini lahir pada Kamis (5/4) dan diberi nama Sapi Dewo yang merupakan singkatan dari "Pak De Karwo" -sapaan akrab Gubernur Jatim Soekarwo-. Nama tersebut diberikan tanpa alasan, sebab Gubernur Jatim yang menggagas persilangan antara sapi dan banteng itu.

Kegiatan persilangan dilakukan atas kerja sama antara Dinas Peternakan Provinsi Jatim dengan Taman Safari.

Manajer TSI II Prigen, Tommy Sands Wungkar, Sabtu, mengatakan proyek persilangan sapi Bali dengan banteng Jawa adalah upaya untuk meningkatkan kualitas genetika dan produktivitas daging sapi Bali.

Ia menjelaskan gagasan Gubernur Jatim ini telah dirintis sejak 2010 dengan tujuan memanfaatkan potensi genetika banteng Jawa yang merupakan endemik Jawa Timur guna memperbaiki kualitas sapi Bali.

Sementara itu, Kurator Satwa TSI II Prigen, Ivan Chandra mengatakan hasil perkawinan silang antara sapi Bali dengan pejantan banteng Jawa mampu menghasilkan anakan sapi dengan performance berbeda dengan sapi Bali yang telah mengalami penurunan kualitas akibat perkawinan sedarah (inbreeding).

Sapi hasil perkawinan silang dengan banteng diprediksi akan mampu menghasilkan bobot sekitar 450 kilogram per ekor, lebih tinggi dari bobot sapi Bali yang pada umumnya sekitar 300 kilogram per ekor.

Ivan juga mengatakan, sapi baru hasil persilangan juga akan menghasilkan sapi yang kebal dengan virus Jembrana, yang selama ini menjadi masalah pengiriman sapi Bali ke tempat lain.

Sapi baru hasil silang ini masih membawa sifat sapi Bali yang memiliki angka reproduksi tinggi dan tingkat adaptasi yang sangat baik terhadap kondisi pakan yang jelek, serta toleransi terhadap lingkungan yang panas.

Sedangkan kelemahan yang rentan terhadap penyakit tertutupi oleh keunggulan sifat yang dibawa dari banteng Jawa yang kuat terhadap jenis virus tertentu.